Jumat, 12 April 2013

Bukan Salah Pelangi....



Namaku Gadis. Orang-orang bilang aku sosok gadis yang ceria, konyol, suka berimajinasi, dan juga kepo. Sejak kecil, aku selalu berfikir kenapa warna pelangi itu mejikuhibiniu? Kenapa nggak pink, violet, jingga, biru dongker, ataupun abu-abu? Kenapa? Kesana kemari aku bertanya ke orang-orang terdekat. Mereka hanya tertawa dan menganggap pertanyaan konyol yang tidak terlalu penting untuk dijawab.

Malam hari setelah kembali memikirkan hal itu, aku bermimpi. Aku bermimpi berlarian di padang pasir yang berwarna hijau. Entah, aku juga tidak mengerti mengapa di mimpiku ada pasir yang berwarna hijau. Aku berlarian hingga tiba-tiba aku terbang ke udara. Karena dalam mimpi seolah ada yang menarik sehelai rambutku, hingga aku bisa terbang. Hampir saja aku menyentuh pelangi, tiba-tiba aku merasakan ada yang menjatuhkan aku dari langit. Aku terbangun dari tidurku. Aku merasa sakit yang sangat mendalam. Entah, lagi lagi aku tidak tahu sakit apa yang aku rasakan. Padahal itu cuma mimpi. Kemudian aku berdiri sambil berkaca. Oh, ternyata aku masih bernyawa. Kakiku masih menyentuh lantai, tanganku juga masih terasa sakit saat aku mencoba menggigit tanganku untuk memastikan apakah aku masih bernyawa. Lalu aku kembali  tertidur lelap.
“Gadis, bangun yuk sayang. Ayo tahajud. Mama terus berdoa semoga kamu nanti tersenyum setelah melihat  hasil PSB di sekolah yang kamu cita-citakan.” Ujar Mama mengelus keningku.
“Iya, Ma.” Aku bergegas.
Pagi itu merupakan hari yang menegangkan karena aku harus siap mengetahui hasil PSB sekolah yang aku daftar. Aku kayuh sepedaku dengan cepat untuk membeli pulsa modem. Karena saat itu dirumah tidak ada motor jadi aku nekat naik sepeda panas-panasan. Setelah kembali sampai rumah, aku ditemani Septian, teman seperjuanganku. Kami bergegas untuk browsing hasil PSB karena aku memang tidak siap mental kalau harus lihat papan pengumuman di sekolah tersebut. Mungkin karena terlalu banyak yang membuka situs tersebut, jadi loading-nya lemot mode on.
Twinkle twinkle little star....

         
Suara ponsel berbunyi. Dan ternyata  SMS dari temanku yang juga mengikuti tes sekolah yang aku ikuti juga.

       “Gadis kamu nggak diterima.”

DEG!
Degup jantungku sudah sama kerasnya dengan gebukan drum di pentas musik heavy metal.
Astaga! Kalimat yang singkat namun sangat mengecewakan. Ketika aku berusaha untuk sabar menunggu  beberapa jam untuk browsing buka website-nya. Dan tanpa aku tanya ke temanku, tiba-tiba dia SMS aku seperti itu. Sangat membuat aku jatuh. Entah, aku tidak bisa meneteskan air mata. Tapi sepertinya dalam hatiku sudah bercucuran air mata.
“Sept, aku nggak diterima.” Kataku ke septian.
“Haha. Website nya aja masih loading, kok bisa udah bilang gitu. Ssst, optimis dong!” jawab Septian nggak percaya.
“Terserah percaya atau nggak. Kamu aja yang terlalu percaya kalau aku bisa. Nyatanya?” Jawabku nahan air mata sambil nyodorin ponselku ke Septian.
“Gadis! Aku nggak bermaksud.” Septian gugup.
“Tolong tetap buat aku semangat kayak hari biasanya.” Aku langsung bergegas ke kamar.
Perasaan yang susah untuk dijelaskan. Yang jelas rasa sakit yang melebihi sakitnya tertusuk paku.
“Gadis. Ini Septian kok dibiarin sendiri?” Tanya papa yang baru saja pulang dari kantor.
Aku diam. Jatuh. Jatuh yang paling dalam yang pernah aku alami. Mungkin ini maksud dari mimpiku. Saat aku terbang hampir menyentuh pelangi, tiba-tiba seolah ada yang menjatuhkan dan aku merasakan sakit yang sangat dalam. Yang mengharukan adalah saat orang-orang yang dekat sama aku nggak pernah berhenti bikin aku semangat kayak biasanya.
Esok hari, aku dikagetkan oleh ponsel yang aku simpan dalam laci. Dan begitu ku buka ternyata ada 9 pesan diterima. Yang isinya....
 “Kegagalan nggak boleh disesali, tapi masa depan harus dicari. Never give up, My Dear!” –Mama
“Itu sekolah kamu. Kamu sudah ditempatkan yang terbaik. Cintai itu!” - Papa  
“Lebih baik sekolah dimanapun asal dengan ridho. Daripada sekolah terbaik tapi tanpa ridho Tuhan.” Aldo Albilase 
“Tunjukkan kalo sebenernya kamu pantas sekolah dimanapun. Percaya Tuhan udah menggoreskan jalan terindah. Yang penting jaga pergaulan.” –Kakak 
“Mutiara walaupun dimana saja tempatnya tetap mutiara, cantik! Tetaplah berprestasi dan berkreasi! Saya yakin dimana saja tempatmu kau tetap mutiara!” -Bu siti sundari 
“Harus yakin Allah pasti memberikan yang terbaik. Di sekolah kamu itulah yang terbaik menurut Allah. Disana kamu akan lebih sukses dibanding sekolah lain. InsyaAllah nanti kalau kamu sudah sukses baru kamu bisa merasakan ternyata Allah maha tahu dan sangat baik May GOD BLESS YOU.” –Bu Sri Endah 
“Pinter itu tergantung orangnya bukan sekolahnya! Mending mana hayo sekolah di sekolah yang biasa tapi punya prestasi lebih dibanding yang sekolah di sekolah favorit tapi biasa aja? Syukuri itu!” –Kak Adit 
“Alhamdulillah semoga dapat berkah yang melimpah, yang penting bahasa inggris terus diasah. Dimanapun kau berada harus tetap belajar dan berdoa insyaAllah akan berhasil meraih cita2. Jangan putus asa ya.” –Bu Endang Handayani
“Buktikan kau mampu menghadapi masalah apapun. Pasti semua terkendali. Buat sekolah kamu bangga mempunyai murid seperti kamu. Salam sayang.” –Bu Yayuk S
            Setelah baca SMS dari mereka, air mataku terus menetes. Aku yang merasa biasanya berada diatas, meskipun sesekali pernah berada dibawah. Tapi kali ini aku merasakan kegagalan yang benar-benar buat aku jatuh. Aku belum siap buat bertemu teman-teman, bertemu guru-guru, bertemu penjual kantin, satpam sekolah, dan penjual pop ice serta penjual tahu kress depan sekolah. Karena aku begitu akrab dengan mereka. Aku belum siap buat nge-jawab pertanyaan mereka tentang hasil sekolah yang aku daftar.
Liburan panjang telah usai. Saatnya aku harus berangkat di sekolah baruku untuk mengikuti MOS. Dengan paksaan, aku berangkat dan pertama kali aku melihat bangunan sekolah baruku. Bahkan saat itu juga aku baru tau jalan ke arah sekolahku. Setiap mengantar aku di depan gerbang sekolah, papa selalu bilang “Semangat ya....tiga tahun itu cepat”. Terharu.
            Nggak tau kenapa selama MOS aku selalu jadi sasaran bahan salah-salahan kakak OSIS. Hingga hal konyol dan mengharukan terjadi di aula......
            Ketika semua peserta MOS menutup matanya dan  ketakutan dengan kakak OSIS yang akting sok galak, tetapi aku dengan polosnya tengok kesana-kemari dengan wajah melankolis dan mata berkaca-kaca. Sama sekali nggak memedulikan pelototan kakak OSIS. Cuek aja. 
“Dik, kamu kenapa buka mata? Sakit? Ayo ke UKS aja” Tanya kakak OSIS ketipu wajah melankolis-ku.
“Aku nggak sakit.” Jawabku singkat.
            Entah, mungkin kakak kakak OSIS jengkel melihat wajahku yang sama sekali tidak ketakutan, justru santai. Iya aku udah kebal masa SMP juga udah nge-MOS adik kelas dan sok galak juga. Dasar dodol. Tawaku dalam hati.
Kakak OSIS mendesak aku buat mengakui kesalahan. Padahal aku nggak ngrasa salah. Tetapi mereka teriak di telingaku dan tetap mendesak agar aku mengakui kesalahan. Ugh! Dalam hati aku masih kesal nggak terima sekolah ditempat itu. Tanpa aku sadari aku berkata.....
“Kak! Terus getak aku! Buat aku nangis! Kesalahanku adalah aku nggak pernah bisa bersyukur sekolah di sekolahmu ini. Buat aku sadar!” ucapku sambil menangis.
Mendengar getakanku, kakak-kakak OSIS mendekat dan menjulingkan matanya. Tidak menyangka aku menjadi pusat perhatian mereka. Mereka iba denganku. Lalu mereka kasih aku motivasi. Dan itu membuatku melampiaskan tangisku. Saat itu merupakan momen konyol yang aku lakukan, tapi sangat mengenang.
            Seiring bergantinya hari, aku menemukan teman-teman yang bisa membuatku semangat sekolah. Mereka adalah Kimi, Kesha, Nada, Titiw.
      Ternyata kalau melihat kebahagiaan itu kayak pelangi, nggak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada diatas kepala orang lain.

      Kegagalan yang aku alami.... Bukan salah pelangi. Jika dalam mimpiku aku tidak bisa menyentuhnya, bukan berarti kegagalanku disebabkan karena pelangi dalam mimpiku tak dapat kusentuh. Ibarat roda yang terus berputar, hidup itu nggak selalu diatas, kadang dibawah. Apabila seseorang tidak pernah merasakan kegagalan, suatu saat dia pasti merasakan kegagalan yang sangat mendalam dan itu lebih menyakitkan. Semua ini hanyalah ujian kecil di dunia. Tetapi Tuhan sudah menyiapkan hikmah dibalik semua ini kan? Pasti...



















1 komentar: